Jumat, 19 Juli 2013

Dasar Teori Warna Yang Harus Diketahui Desainer

        Warna merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dari desain grafis. Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel Teori Psikologis Warna Dalam Desain Grafis  , tentunya semua desainer harus mengetahui teori mendasar ini agar tahu kombinasi warna apa saja yang baik dalam suatu komponen desain grafis.


Gambar G.01 dikenal dengan istilah "lingkaran warna" atau beberapa orang menyebutnya dengan istilah "roda warna" (Color Wheel), namun apapun sebutan istilahnya yang perlu dipahami adalah prinsipnya. Prinsip dari roda/lingkaran warna di atas adalah menggunakan tiga warna utama (primer), antara lain "merah; kuning; biru". Sejarah menyebutkan bahwa diagram lingkaran warna tersebut pertama kali dikembangkan oleh Sir Isaac Newton pada tahun 1666. Ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa teori lingkaran warna tersebut mulai dikenal pada taun 1800an. Mengenai
perbedaan tahun ternyata masih merupakan perdebatan.

Menurut teori, warna primer (merah, kuning dan biru) kalau dicampurkan akan dapat menghasilkan warna-warna baru.
G.02 Warna Primer (merah, kuning, biru)
G.03 Warna Sekunder
Gambar G.03 disebut juga dengan warna sekunder, yaitu warna-warna yang dihasilkan karena hasil pencampuran warna primer. Sebagai contoh warna 'ungu' didapatkan dari hasil pencampuran warna 'merah dan biru'.
G.04 Warna Tersier
Sedangkan warna tersier (Gambar G.04) merupakan warna yang didapat dari pencampuran antara warna primer dengan warna sekunder. 


Color Harmony
Sekarang kita akan coba membahas mengenai Harmoni Warna (Color Harmony). 

har·mo·ny (härm-n
n. pl. har·mo·nies 


Definisi harmony adalah "A pleasing combination of elements in a whole". Keselarasan kombinasi tersebut mencakup keseluruhan bagian, entah itu dalam bidang musik, warna, puisi bahkan mungkin juga makanan!
Dalam sebuah kegiatan visual, keharmonisan warna merupakan faktor yang dapat menyenangkan mata kita. Keharmonisan akan dapat merangsang indera penglihatan kita dan menciptakan perasaan "seimbang" di dalam hati kita.  Sebagai contoh, sebuah karya visual yang cukup membosankan untuk dilihat, sehingga seorang penikmat visual tidak merasa puas untuk menikmati sebuah karya visual dan ia tidak merasa terdorong untuk memiliki perasaan 'seimbang' itu di dalam hatinya, maka ia tidak akan tahan atau betah berlama-lama melihat karya visual tersebut.
Untuk mencapai tingkat keharmonisan warna yang baik, kita akan mempelajari beberapa jenis formula yang sering digunakan.


1. Warna Analogous (Analogous Color), adalah warna-warna yang disusun saling bersebelahan dalam roda warna.
G.05 Warna Analogous
2. Warna Komplementer (Complementary Color), adalah warna-warna yang saling berseberangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga warna-warna ini akan sangat kontras.
G.06 Warna Komplementer
3. Warna Split Komplementer (Split Complementary Color), adalah hampir sama dengan warna komplementar, tapi salah satu ujung tanda panah dibagi menjadi dua. Contoh dapat dilihat pada Gambar G.07, berarti warna split komplementernya adalah merah-ungu dan hijau. Formula-nya mirip dengan huruf "Y" terbalik.
G.07 Warna Split Komplementer
4. Warna Triads, adalah kombinasi warna dengan bentuk segitiga di dalam roda warnanya.
G.08 Warna Triads
5. Monotone Achromatic, adalah warna yang dihasilkan berurutan satu warna dari putih ke hitam
G.09. Warna Monotone Achromatic dari putih ke hitam
6. Monotone Chromatic, adalah warna yang dihasilkan dari satu warna namun dengan perbedaan saturasi.
G.10 Warna Monotone Chromatic dari biru ke biru tua

Setelah mengetahui perbedaan jenis warna-harmonis, sekarang kita memiliki panduan dalam membuat sebuah rancangan desain yang baik dan memiliki konsep.

Sebagai catatan: apabila kita bingung menentukan komposisi warna yang harmonis, kita dapat melihat alam sekitar kita. Karena warna yang terdapat di alam natural merupakan komposisi warna yang paling harmonis.
G.11 Warna yang ada di alam adalah warna paling harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar